Selasa, 12 April 2011

Slutty Annisa

Kadang-kadang orang emang suka punya banyak prejudice sama cewek Indonesia yang kawin sama bule. Kerasa banget samaku, kalau orang kita emang kadang2 mikir kalo cewek kaya’ aku nikah sama bule hanya karena hartanya. Emang kebetulan Tom, suami tercintaku, bukan orang yang kekurangan. Sebagai expat yang bekerja di bidang marketing suatu perusahaan multi-national dia memang cukup sukses. Namun, kalau aku ditanya kenapa aku gak kawin sama orang Indonesia aja, alasan uang mungkin buatku alasan yang ke 13 ato 27. Hihihihi… bener-bener gak sebegitu pentingnya buatku.

Yang benar2 berarti bagiku adalah pandangan Tom terhadap perilaku sex-ku. Jujur aja, aku doyan sex. Dan aku gak pernah bisa setia 100%. Aku gak akan munafik. Biarpun sudah menikah selama 2 tahun, aku sering banget getting laid sama orang lain. Mungkin orang pada bilang aku ini nymphomaniac, atau perek – but, hey, that’s what I am!
Tentang physical appearance-ku; tinggiku 1,65, tapi aku selalu pakai high-heels yang tinggiii banget dan aku rasa aku cukup langsing untuk masuk ke baju manapun. Bulu memekku selalu kucukur a la Brazillian, kalo nggak, aku sisakan segaris yang menunjuk ke arah klitoris-ku. Oh iya, dan aku suka banget sama Tattoo. Anyway, you guys we’ll see it sooner or later….

Office Party


Dua bulan yang lalu aku memulai affair dengan bos-ku di kantor. Sebenarnya Peter atau Pete bukan bos-ku langsung melainkan bos departemen client-service di advertising agency dimana aku bekerja. Awalnya aku kesel banget sama kelakuannya yang sok merintah-merintah siapa saja kalau dia lagi kesel. Tetapi suatu malam, waktu kita abis merayakan masuknya new business ke agency kami, kita satu team pergi ke Wwwok! di Kemang buat sedikit minum2. Mungkin karena bos-ku stress banget setelah dua atau tiga minggu kerja non-stop, dia sedikit keterlaluan maboknya. Anak2 kantor seperti biasa cuma ketawa2 saja liat tingkahnya yang tidak bisa berhenti ngajak orang ngobrol kalau sudah mabok. Tapi tidak ada yang menyadari bahwa dia selalu mencoba untuk merayuku. Dari mulai matanya yang tidak bisa lepas dari cleavage-ku saat berbicara denganku, sampai dengan tangannya yang terkadang mengelus buah pantatku dari luar rok ketatku. Waktu ia pergi ke toilet pun aku bisa merasakan ereksinya bergesek dengan pahaku. Jujur aku jadi horny juga, dan terpikir olehku untuk ke kamar kecil untuk membuka g-string-ku yang sudah lepek banget.
Setelah anak2 yang lain mulai bubar, aku menawarkan untuk mengantar Pete pulang, mengingat keadaannya yang sedemikian parahnya. Dia setuju, dan kami pun menuju pelataran parkir. Waktu itu sudah hampir pagi, jadi tinggal ada mas2 penjaga parkiran aja yang ada di dekat mobil-ku. Pete tidak berhenti juga nyerocos sambil mabok, padahal jalan saja sudah susah dan harus bertumpu di bahuku. Kadang2 ia jahilnya datang dan meremas toketku dari luar tank-top yang aku pakai waktu itu. Tukang parkir yang menunggu dekat mobilku tertegun melihat nipple-ku keluar dari bungkusnya karena tertarik sama tangan si pemabok. Aku hanya tersenyum nakal saja. Aku paling suka kalau bikin cowok tersipu2 dengan badanku!
Aku menyalakan mobil dan langsung cabut. Tukang parkir tidak kubayar – enak aja, kan udah liat toket gratis! Baru sampai Jalan Prapanca, bos-ku melepas seatbelt-nya. Aku pertama bingung. Dia ternyata membenamkan mukanya di selangkangan aku, sambil menarik rokku ke atas! Aku hampir menabrakkan mobilku ke trotoar. I was horny as hell!
Sambil terus ngoceh, si bos menjilat pahaku… makin lama makin ke atas…
”Pete, please stop it!” kataku sambil memijit-mijit memekku yang basah dengan merapatkan pahaku. Tetapi dia tidak memperdulikanku! Terus, naik, naik, naik, sampai dekat sekali dengan memekku yang basah…
”I can smell your wet cunt, Anissa!”
Ia meregangkan pahaku dan menarik g-string-ku sampai putus di pinggulku. Aku meregangkan pahaku, terasa mukanya dengan bulu-bulu jenggot pedek yang kasar dibenamkan di antara pahaku. Lidahnya menjulur-julur kedalam memekku yang benar2 sudah banjir! Tapi, karena aku harus menyetir mobilku, aku sulit sekali terus mengangkangkan pahaku seperti yang ku mau, sehingga, permainannya terputus2. Aku kesel banget!
Untung kami tidak lama kemudian sampai di rumahnya. Mobil aku parkir di jalanan di depan rumahnya. Saat aku hendak membuka pintuku, ia berkata: ”Babe, sorry, but you can’t come in. My wife’s at home and it would be… you know….” Sialan! Umpatku dalam hati. Udah dibikin horny gini, sekarang aku gak boleh masuk ke rumahnya! Aku sudah benar2 butuh dientot banget. Aku tidak akan bisa nunggu sampai rumah untuk dientot sama suamiku. Akhirnya aku nyerah deh!
Aku menghadap ke jendela samping sebelah kanan, dan menunggingkan pantatku ke arah si Pete. Dia sedikit bingung sepertinya. Tetapi aku angkat rokku keatas dan terpampanglah vagina dan lubang pantaku yang sudah basah dari cairan memekku yang banjir.
”Just fuck me Pete. Stick your dick up my pussy! Please!” desahku. Aku tetap duduk menyamping sambil menunggingkan pantatku ke arahnya. Aku sudah masa boso kalau ada orang yang mungkin bisa memergoki kita. Aku hanya ingin memekku diisi kontol bos-ku yang keras itu. Sambil menunggu kontolnya menyusup ke memekku, aku memainkan klitorisku dengan jari2ku, sambil membuka lebar lubang kenikmatanku.
Aku mendengar resletingnya dibuka dan tak lama kemudian, kontol raksasanya Pete masuk dengan satu sentakan ke dalam memekku yang super-licin.
”Ooohhhh god!” gumamku, namun bos-ku hanya mengeram sambil mengeluar masukkan kontolnya dengan kasar sekali. Terasa panjangnya… setiap urat-urat yang ada di kontolnya. Seakan membuat memekku semakin lebar. Tidak lama kemudian kontolnya menegang keras dan berdenyut-denyut. ”Keluarin di dalam, Pete… fill me up with your cum, baby!” aku meracau tidak jelas. Terasa semburan demi semburan memenuhi rahimku, mengalir keluar dan meleleh ke pahaku. Bos-ku langsung mencabut kontolnya. Terdengar bunyi ’plop’. Si bajingan itu langsung menutup resleting celananya dan keluar dari mobilku, meninggalkanku dengan memek penuh dengan spermanya dalam posisi menungging seperti pelacur. Aku melihat bagaimana ia sempoyongan masuk ke dalam rumahnya.
Aku mengumpat. Tapi apa boleh buat? Tidak lama kemudian, aku menurunkan rok-ku dan memacu mobilku ke arah rumahku sendiri. Sepanjang jalan sperma bos-ku terus mengalir keluar dari lubang vaginaku. Di setiap lampu merah aku masukkan jariku ke dalam liang memekku dan kubersihkan sisa2 spermanya dari jariku dengan menghisap2 jariku sampai bersih. Aku membayangkan sedang menyepong kontolnya si Pete yang gede itu.
Tom, suamiku membukakan pintu rumah. Rupanya dia sudah tertidur.
”Wow! What happened to you? You’re a mess! Are you okay, baby?” sepertinya ia sedikit khawatir melihat penampilanku.
”Nggak apa2 kok, baby! Aku cuma abis dipake sama bos-ku,” jawabku nakal sambil berjalan ke kamar tidur kami sambil mengayunkan pinggul, ”I’ll tell you all about it, while you fuck my ass ’til I cum… You wanna do that?”

Pesan nyasar, bikin lembur


Setelah kejadian di pesta kantor, Pete belaga seolah2 tidak terjadi apa2. Aku kesel. Enak aja dia bisa ngentotin memekku tanpa ada tanda2 terima kasih sedikit pun! Aku berkali2 mencoba mengajak ngomong bos-ku soal kejadian malam itu, namun ia selalu mengelak. Nggak usah ngobrol berdua, satu ruangan pun dengan aku sendiri, Pete langsung mencari alasan untuk pergi! Aku benar2 gemes dan kesal melihat tingkahnya.
Sekali waktu aku balik dari lunch lebih cepat daripada teman2 yang lain. Tidak ada siapa2 di satu lantai kantor kami, kecuali satu atau dua orang yang sedang asik chatting YM di cubicle mereka.
Waktu aku melewati ruangan Pete, sepertinya ia pun belum balik dari lunch. Aku tersenyum sendiri. “isengin ah!” kataku dalam hati! Pelan2 aku masuk ke dalam ruangannya. Aku tutup pintu, agar tidak ada yang bisa melihat ke dalam. Sambil nyengir jahil aku membuka g-string renda yang aku pakai hari itu dan kuletakkan diatas laptopnya Pete yang ada di atas mejanya. Aku tertawa sendiri. “Kalau dia tetap ‘gak ingat’ juga sama malam itu sih keterlaluan!” tawaku dalam hati. Tetapi aku terdiam. Sepertinya ada yang masih kurang - surprise-ku kaya’nya belum perfect!
Aku mengambil kembali g-string-ku dan mengangkang sedikit. Sambil sedikit jongkok aku gesek2 celana dalamku di permukaan memekku yang basah berlendir. Sialan, aku jadi konak!
Setelah cukup basah, aku cium g-string tersebut…. Hmmm… Benar2 bau memek! Hahaha! Terdengar orang2 yang kembali dari lunch. Cepat2 aku taro g-string-ku diatas laptop si bos, terus aku kabur.
Aku benar2 tidak sabar menunggu reaksinya Pete. Ngebayangin dia mencium2 g-string yang bekas aku pakai saja bikin aku horny sekali.
Sejam kemudian telah kuperhatikan dari cubicle, bahwa bos-ku telah mondar-mandir keluar-masuk ruangan berkali2. Kok mukanya ‘lempeng’ aja ya? Aku benar2 bingung. Apa dia nggak lihat? Sepertinya nggak mungkin deh! Aku semakin kesal dan frustrasi.
Hariku berlalu seperti biasa. Jam menunjukkan pukul enam sore. Aku siap-siap untuk pulang, waktu Emir, seorang Junior Art Director yang jauh lebih muda dariku menghampiriku.
“Nissa, loe udah mau balik?”
“Iya. Udah kelar semua kerjan gue. Mo balik ah!” jawabku. Aneh. Jarang sekali si Emir mengajak aku ngobrol, “Loe mau nebeng gue?”
“Nggak.”
Tetapi, bukannya menyudahi small-talknya Emir hanya terdiam sambil nyengir2 di hadapanku. Matanya memperhatikan belahan rok mini-ku yang cukup berani.
“Nis, loe di kantor gak pernah kedinginan ya?” Aku terdiam.
“Maksud loe?”
“Iya, aneh aja. Orang lain bilang AC kantor kita terlalu dingin… Kok elo malah pake buka2 celana dalam loe segala sih?”
Ia menatapku sambil menyengir.
“Gue, gak tau, loe ngomong apa, Mir!” kataku, dan melangkah pergi dari cubicle-ku. Tiba2 tangan Emir menngkap lenganku.
“Anissa… Jangan pergi gitu dong, say. Gue tadi nemuin barang di ruangan si bos. Kalau gue gak tahu ini barang punya siapa, kan harusnya gue kasih ke bagian HRD. Tapi gue takutnya ntar jadi bikin masalah…”
Sambil mendekatkan mulutnya ke telingaku ia berkata, sedikit bisik2: “Dan gue yakin, loe orang yang nggak suka masalah, kan?”
Aku hanya menunduk mengalah: “Loe mau apa, Mir?”
“Gue? Oh, gue maksud loe? Enggak. Gue gak mau apa2 kok, Nis. Lagi pengen ngobrol aja sama loe. Gue harus begadang nih ngerjain layout buat client gue. Loe mau nemenin gue kan?” Aku hanya mengangguk. Kalau aku tidak menurut sama Emir, mungkin dia bisa merepotkan posisiku di kantor.
Akhirnya aku ikut ke cubiclenya Emir. Disana orang2 mulai pulang satu per satu. Aku duduk disebelahnya, pura2 memperhatikan apa yang Emir kerjakan di layar macintosh-nya.
Jam menunjukkan jam 8. Aku sudah menelfon suamiku, untuk memberitahukan aku ada kerja lembur. Dia sudah biasa. Emir dari tadi hanya sibuk dengan layoutnya, sama sekali tidak memperhatikan aku ada disana.
Jam 9. Di kantor tinggal ada Emir dan Michael, anak magang yang disuruh ikut lembur sama Emir. Michael, yang duduk di cubicle seberang, adalah anak keturunan chinese yang sedikit tambun. Lampu-lampu sudah redup. AC sudah dimatikan. Dan satu2nya cahaya adalah layar2 komputer dan lampu2 gedung2 tinggi diluar.
“Eh, udah malam ya?” tanya si Emir dengan nada dibuat2. “Gue sampai lupa ada elo, Nis!”
Aku benar2 kesal! Maunya apa sih ini orang?
“Ya udah deh. Loe kan mau pulang… Mendingan loe mulai deh. Gue biasanya lama lho keluarnya…”
Aku hanya terdiam. Gila ini orang.
“Eh, Nissa, loe denger gak sih gue ngomong? Ayo jongkok depan gue. Mulai loe!”